History of Iraq

Perang Utsmaniyah-Safawiyah
Safavid Persia di depan sebuah kota di Irak. ©HistoryMaps
1534 Jan 1 - 1639

Perang Utsmaniyah-Safawiyah

Iran
Pertarungan antara Kekaisaran Ottoman dan Persia Safawi atas Irak, yang berpuncak pada Perjanjian Zuhab yang penting pada tahun 1639, merupakan babak penting dalam sejarah wilayah tersebut, yang ditandai dengan pertempuran sengit, pergeseran kesetiaan, dan dampak budaya dan politik yang signifikan.Periode ini mencerminkan persaingan yang intens antara dua kerajaan paling kuat pada abad ke-16 dan ke-17, yang ditandai oleh kepentingan geopolitik dan perbedaan sektarian, dengan bentrokan antara Sunni Ottoman dan Syiah Persia.Pada awal abad ke-16, dengan bangkitnya dinasti Safawi di Persia yang dipimpin oleh Shah Ismail I, konflik berkepanjangan pun terjadi.Kaum Safawi, yang menganut Islam Syiah, memposisikan diri mereka sebagai oposisi langsung terhadap Sunni Ottoman.Perpecahan sektarian ini menambah semangat keagamaan pada konflik-konflik yang terjadi kemudian.Tahun 1501 menandai berdirinya Kekaisaran Safawi, dan dengan itu, dimulainya kampanye Persia untuk menyebarkan Islam Syiah, yang secara langsung menantang hegemoni Sunni Ottoman.Pertemuan militer penting pertama antara kedua kekaisaran terjadi pada Pertempuran Chaldiran pada tahun 1514. Sultan Utsmaniyah Selim I memimpin pasukannya melawan Shah Ismail, yang menghasilkan kemenangan Utsmaniyah yang menentukan.Pertempuran ini tidak hanya mengukuhkan supremasi Ottoman di wilayah tersebut tetapi juga menentukan arah konflik di masa depan.Meskipun mengalami kemunduran awal, kaum Safawi tidak terpengaruh, dan pengaruh mereka terus berkembang, khususnya di bagian timur Kesultanan Utsmaniyah.Irak, dengan signifikansi keagamaannya bagi Muslim Sunni dan Syiah serta lokasinya yang strategis, menjadi medan pertempuran utama.Pada tahun 1534, Suleiman Agung, Sultan Ottoman, merebut Bagdad, membawa Irak di bawah kendali Ottoman.Penaklukan ini penting karena Bagdad tidak hanya merupakan pusat perdagangan utama namun juga memiliki kepentingan keagamaan.Namun, kendali atas Irak terombang-ambing antara kedua kerajaan tersebut sepanjang abad ke-16 dan ke-17, karena masing-masing pihak berhasil memperoleh dan kehilangan wilayah dalam berbagai kampanye militer.Kaum Safawi, di bawah Shah Abbas I, memperoleh kemajuan yang signifikan pada awal abad ke-17.Abbas I, yang dikenal karena kehebatan militer dan reformasi administratifnya, merebut kembali Bagdad pada tahun 1623. Penangkapan ini adalah bagian dari strategi Safawi yang lebih luas untuk mendapatkan kembali wilayah yang hilang dari Ottoman.Jatuhnya Bagdad merupakan pukulan besar bagi Ottoman, yang melambangkan pergeseran dinamika kekuasaan di wilayah tersebut.Fluktuasi kendali atas Bagdad dan kota-kota Irak lainnya berlanjut hingga penandatanganan Perjanjian Zuhab pada tahun 1639. Perjanjian ini, yang merupakan perjanjian penting antara Sultan Murad IV dari Kekaisaran Ottoman dan Shah Safi dari Persia, akhirnya mengakhiri konflik yang berkepanjangan.Perjanjian Zuhab tidak hanya menetapkan perbatasan baru antara kekaisaran Ottoman dan Safawi tetapi juga memiliki implikasi yang signifikan terhadap lanskap demografi dan budaya wilayah tersebut.Ini secara efektif mengakui kendali Ottoman atas Irak, dengan perbatasan yang ditarik di sepanjang Pegunungan Zagros, yang kemudian menjadi perbatasan modern antara Turki dan Iran .
Terakhir DiperbaruiSat Jan 06 2024

HistoryMaps Shop

Kunjungi Toko

Ada beberapa cara untuk membantu mendukung Proyek HistoryMaps.
Kunjungi Toko
Menyumbangkan
Mendukung

What's New

New Features

Timelines
Articles

Fixed/Updated

Herodotus
Today

New HistoryMaps

History of Afghanistan
History of Georgia
History of Azerbaijan
History of Albania