History of Singapore

Singapura Pasca Perang
Komunitas Tionghoa di Singapura yang membawa Bendera Republik Tiongkok (bertuliskan Hidup Ibu Pertiwi) untuk merayakan kemenangan tersebut, juga mencerminkan permasalahan identitas Tionghoa pada saat itu. ©Anonymous
1945 Jan 1 - 1955

Singapura Pasca Perang

Singapore
Pasca penyerahanJepang pada tahun 1945, Singapura mengalami periode kekacauan singkat yang ditandai dengan kekerasan, penjarahan, dan pembunuhan balas dendam.Inggris , yang dipimpin oleh Lord Louis Mountbatten, segera kembali dan mengambil kendali, namun infrastruktur Singapura rusak berat, dengan layanan penting seperti listrik, pasokan air, dan fasilitas pelabuhan hancur.Pulau ini bergulat dengan kekurangan pangan, penyakit, dan kejahatan yang merajalela.Pemulihan ekonomi dimulai sekitar tahun 1947, dibantu oleh permintaan global akan timah dan karet.Namun, ketidakmampuan Inggris untuk membela Singapura selama perang telah mengikis kredibilitas mereka di mata warga Singapura, sehingga memicu peningkatan sentimen anti-kolonial dan nasionalis.Pada tahun-tahun setelah perang, terjadi peningkatan kesadaran politik di kalangan masyarakat setempat, ditandai dengan meningkatnya semangat anti-kolonial dan nasionalis, yang disimbolkan dengan kata Melayu "Merdeka" yang berarti "kemerdekaan".Pada tahun 1946, Permukiman Selat dibubarkan, menjadikan Singapura sebagai Koloni Mahkota yang terpisah dengan pemerintahan sipilnya sendiri.Pemilihan umum lokal pertama diadakan pada tahun 1948, namun hanya enam dari dua puluh lima kursi di Dewan Legislatif yang terpilih, dan hak suara dibatasi.Partai Progresif Singapura (SPP) muncul sebagai kekuatan yang signifikan, namun meletusnya Keadaan Darurat Malaya, sebuah pemberontakan komunis bersenjata, pada tahun yang sama, menyebabkan Inggris mengambil langkah-langkah keamanan yang ketat, sehingga menghentikan kemajuan menuju pemerintahan mandiri.Pada tahun 1951, pemilihan Dewan Legislatif kedua diadakan, dengan jumlah kursi terpilih meningkat menjadi sembilan.SPP terus memegang pengaruh namun dibayangi oleh Front Buruh pada pemilihan Dewan Legislatif tahun 1955.Front Buruh membentuk pemerintahan koalisi, dan partai yang baru didirikan, Partai Aksi Rakyat (PAP), juga mendapatkan beberapa kursi.Pada tahun 1953, setelah fase terburuk Keadaan Darurat Malaya berlalu, Komisi Inggris, yang dipimpin oleh Sir George Rendel, mengusulkan model pemerintahan mandiri yang terbatas untuk Singapura.Model ini akan memperkenalkan Dewan Legislatif baru yang mayoritas kursinya dipilih oleh masyarakat.Namun, Inggris akan tetap memegang kendali atas bidang-bidang penting seperti keamanan dalam negeri dan urusan luar negeri serta memiliki kekuasaan untuk memveto undang-undang.Di tengah perubahan politik tersebut, persidangan Fajar pada tahun 1953-1954 menjadi peristiwa penting.Anggota dewan redaksi Fajar, yang terkait dengan Klub Sosialis Universitas, ditangkap karena menerbitkan artikel yang diduga menghasut.Persidangan tersebut menarik perhatian yang signifikan, dengan para anggotanya dibela oleh pengacara terkemuka termasuk calon Perdana Menteri, Lee Kuan Yew.Para anggotanya akhirnya dibebaskan, menandai langkah penting dalam gerakan dekolonisasi di kawasan ini.

HistoryMaps Shop

Kunjungi Toko

Ada beberapa cara untuk membantu mendukung Proyek HistoryMaps.
Kunjungi Toko
Menyumbangkan
Mendukung

What's New

New Features

Timelines
Articles

Fixed/Updated

Herodotus
Today

New HistoryMaps

History of Afghanistan
History of Georgia
History of Azerbaijan
History of Albania