History of Singapore

Badan Perumahan dan Pembangunan
Salah satu flat HDB asli yang dibangun pada tahun 1960, pada bulan Juli 2021. ©Anonymous
1966 Jan 1

Badan Perumahan dan Pembangunan

Singapore
Setelah kemerdekaannya, Singapura bergulat dengan berbagai tantangan perumahan yang ditandai dengan meluasnya pemukiman liar, yang menyebabkan permasalahan seperti kejahatan, kerusuhan, dan penurunan kualitas hidup.Permukiman ini, yang sering kali dibangun dari bahan-bahan yang mudah terbakar, menimbulkan bahaya kebakaran yang signifikan, seperti misalnya Kebakaran Penghuni Liar Bukit Ho Swee pada tahun 1961. Selain itu, sanitasi yang buruk di wilayah tersebut berkontribusi terhadap penyebaran penyakit menular.Dewan Pembangunan Perumahan, yang awalnya didirikan sebelum kemerdekaan, membuat kemajuan signifikan di bawah kepemimpinan Lim Kim San.Proyek konstruksi yang ambisius diluncurkan untuk menyediakan perumahan umum yang terjangkau, memukimkan kembali penghuni liar secara efektif, dan mengatasi permasalahan sosial yang besar.Hanya dalam dua tahun, 25.000 apartemen dibangun.Pada akhir dekade ini, mayoritas penduduk tinggal di apartemen HDB, suatu prestasi yang dimungkinkan oleh tekad pemerintah, alokasi anggaran yang besar, dan upaya untuk memberantas birokrasi dan korupsi.Pengenalan Skema Perumahan Central Provident Fund (CPF) pada tahun 1968 semakin memfasilitasi kepemilikan rumah dengan memungkinkan penduduk menggunakan tabungan CPF mereka untuk membeli flat HDB.Tantangan signifikan yang dihadapi Singapura pasca kemerdekaan adalah tidak adanya identitas nasional yang kohesif.Banyak penduduk, yang lahir di luar negeri, lebih mengidentifikasi diri mereka dengan negara asal mereka dibandingkan dengan Singapura.Kurangnya kesetiaan dan potensi ketegangan rasial mengharuskan penerapan kebijakan yang mendorong persatuan nasional.Sekolah menekankan identitas nasional, dan praktik seperti upacara bendera menjadi hal biasa.Ikrar Nasional Singapura, yang ditulis oleh Sinnathamby Rajaratnam pada tahun 1966, menggarisbawahi pentingnya persatuan, melampaui ras, bahasa, atau agama.[20]Pemerintah juga memulai reformasi menyeluruh terhadap sistem peradilan dan hukum negaranya.Undang-undang ketenagakerjaan yang ketat diberlakukan, memberikan perlindungan yang lebih baik bagi pekerja sekaligus meningkatkan produktivitas dengan memperbolehkan perpanjangan jam kerja dan meminimalkan hari libur.Gerakan buruh disederhanakan di bawah Kongres Serikat Buruh Nasional, yang beroperasi di bawah pengawasan ketat pemerintah.Akibatnya, pada akhir tahun 1960an, pemogokan buruh telah menurun drastis.[19]Untuk memperkuat lanskap perekonomian negara, Singapura menasionalisasi perusahaan-perusahaan tertentu, terutama yang merupakan bagian integral dari layanan publik atau infrastruktur, seperti Singapore Power, Public Utilities Board, SingTel, dan Singapore Airlines.Entitas yang dinasionalisasi ini terutama berfungsi sebagai fasilitator bagi bisnis lain, dengan inisiatif seperti perluasan infrastruktur listrik yang menarik investasi asing.Seiring berjalannya waktu, pemerintah mulai memprivatisasi beberapa entitas tersebut, dengan SingTel dan Singapore Airlines bertransisi menjadi perusahaan publik, meskipun pemerintah tetap mempertahankan saham dalam jumlah besar.

HistoryMaps Shop

Kunjungi Toko

Ada beberapa cara untuk membantu mendukung Proyek HistoryMaps.
Kunjungi Toko
Menyumbangkan
Mendukung

What's New

New Features

Timelines
Articles

Fixed/Updated

Herodotus
Today

New HistoryMaps

History of Afghanistan
History of Georgia
History of Azerbaijan
History of Albania