1821 Nov 1
Invasi Siam ke Kedah
Kedah, MalaysiaInvasi Siam ke Kedah pada tahun 1821 adalah operasi militer signifikan yang dilancarkan oleh Kerajaan Siam melawan Kesultanan Kedah, yang terletak di Semenanjung Malaysia bagian utara.Secara historis, Kedah pernah berada di bawah pengaruh Siam, terutama pada masa Ayutthaya.Namun, setelah jatuhnya Ayutthaya pada tahun 1767, hal ini berubah untuk sementara.Dinamika kembali berubah ketika, pada tahun 1786, Inggris memperoleh sewa Pulau Penang dari sultan Kedah dengan imbalan dukungan militer.Pada tahun 1820, ketegangan meningkat ketika ada laporan yang menyatakan bahwa Sultan Kedah membentuk aliansi dengan Burma melawan Siam.Hal ini menyebabkan Raja Rama II dari Siam memerintahkan invasi ke Kedah pada tahun 1821.Kampanye Siam melawan Kedah dilaksanakan secara strategis.Awalnya tidak yakin dengan niat sebenarnya Kedah, pasukan Siam mengumpulkan armada besar di bawah pimpinan Phraya Nakhon Noi, menyamarkan niat sebenarnya mereka dengan berpura-pura menyerang lokasi lain.Ketika mereka mencapai Alor Setar, pasukan Kedahan, yang tidak menyadari invasi yang akan datang, terkejut.Serangan yang cepat dan tegas berhasil menangkap tokoh-tokoh penting di Kedahan, sementara sultan berhasil melarikan diri ke Penang yang dikuasai Inggris.Dampaknya adalah Siam memberlakukan pemerintahan langsung atas Kedah, mengangkat personel Siam ke posisi-posisi penting dan secara efektif mengakhiri keberadaan kesultanan untuk suatu jangka waktu.Dampak invasi ini mempunyai implikasi geopolitik yang lebih luas.Inggris, yang prihatin dengan kehadiran orang Siam di dekat wilayah mereka, melakukan perundingan diplomatik, yang berujung pada Perjanjian Burney pada tahun 1826. Perjanjian ini mengakui pengaruh Siam atas Kedah tetapi juga menetapkan persyaratan tertentu untuk menjamin kepentingan Inggris.Meskipun ada perjanjian tersebut, perlawanan terhadap kekuasaan Siam tetap ada di Kedah.Baru setelah kematian Chao Phraya Nakhon Noi pada tahun 1838 pemerintahan Melayu dipulihkan, dan Sultan Ahmad Tajuddin akhirnya mendapatkan kembali tahtanya pada tahun 1842, meskipun di bawah pengawasan Siam.
▲
●